Minggu, 08 Maret 2009

Borobudur temple


The Borobodur Temple complex is one of the greatest monuments in the world. It is of uncertain age, but thought to have been built between the end of the seventh and beginning of the eighth century A.D. For about a century and a half it was the spiritual centre of Buddhism in Java, then it was lost until its rediscovery in the eighteenth century.


The structure, composed of 55,000 square meters of lava-rock is erected on a hill in the form of a stepped-pyramid of six rectangular storeys, three circular terraces and a central stupa forming the summit. The whole structure is in the form of a lotus, the sacred flower of Buddha.
For each direction there are ninety-two Dhyani Buddha statues and 1,460 relief scenes. The lowest level has 160 reliefs depicting cause and effect; the middle level contains various stories of the Buddha's life from the Jataka Tales; the highest level has no reliefs or decorations whatsoever but has a balcony, square in shape with round walls: a circle without beginning or end. Here is the place of the ninety-two Vajrasattvas or Dhyani Buddhas tucked into small stupas. Each of these statues has a mudra (hand gesture) indicating one of the five directions: east, with the mudra of calling the earth to witness; south, with the hand position of blessing; west, with the gesture of meditation; north, the mudra of fearlessness; and the centre with the gesture of teaching.
Besides being the highest symbol of Buddhism, the Borobodur stupa is also a replica of the universe. It symbolises the micro-cosmos, which is divided into three levels, in which man's world of desire is influenced by negative impulses; the middle level, the world in which man has control of his negative impulses and uses his positive impulses; the highest level, in which the world of man is no longer bounded by physical and worldly ancient desire.
It is devotional practice to circumambulate around the galleries and terraces always turning to the left and keeping the edifice to the right while either chanting or meditating. In total, Borobodur represents the ten levels of a Bodhisattva's life which he or she must develop to become a Buddha or an awakened one.

Sumber dari www.quibblo.com

Read more...

Ma Tour Eiffel


La tour Eiffel, initialement nommée tour de 300 mètres, est une tour de fer puddle construite par Gustave Eiffel et ses collaborateurs pour l’exposition universelle de 1889. Situé à l’extrémité du Champ-de-Mars, en bordure de la Seine, ce monument parisien, symbole de la France et de sa capitale est le neuvieme site le plus visite du pays en 2006 et le premier monument payant visité au monde avec 6,893 millions de visiteurs en 2007.


D’une hauteur de 300 mètres à l’origine, prolongée par la suite de nombreuses antennes culminant à 324 mètres, la tour Eiffel est restée le bâtiment le plus élevé du monde pendant plus de 40 ans. Utilisée dans le passé pour de nombreuses expériences scientifiques, elle sert aujourd’hui d’emmeteur de programmes radiophoniques et televises.

Read more...

Sejarah Karate

SEJARAH KARATE
Ilmu bela diri sebenarnya sudah dikenak semenjak manusia ada, hal ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan purbakala antara lain: kapak-kapak batu, lukisan-lukisan binatang yang dibunuh dengan senjata seperti tombak dan panah. Bela diri pada waktu itu hanya bersifat mempertahankan diri dari gangguan binatang buas dan alam sekitarnya. Namun sejak pertambahan penduduk dunia semakin meningkat, maka gangguan yang datang dari manusia mulai timbul sehingga keinginan orang untuk menekuni ilmu bela diri semakin meningkat. Tersebutlah pada 4.000 tahun yang lalu, setelah Sidartha Gautama pendiri Budha wafat, maka para pengikutnya mendapat amanat agar mengembangkan agama Budha keseluruh dunia. Namun karena sulitnya medan yang dilalui, maka para pendeta diberikan bekal ilmu bela diri. Misi yang ke arah Barat ternyata mengembangkan ilmu Pangkration atau Wrestling di Yunani. Misi keagamaan yang berangkat ke arah Selatan mengembangkan semacam, pencak silat yang kita kenal sekarang ini. Salah satu misi yang ke Utara menjelajahi Cina menghasilkan kungfu (belakangan di abad XII, kungfu dibawa oleh pedagang Cina dan Kubilaikhan kenegara Majapahit di Jawa Timur). Dari Cina rombongan yang ke Korea menghasilkan bela diri yang kemudian kita kenal dengan Taekwondo. Dari Korea ternyata rombongan tidak dsapat meneruskan perjalanan ke Jepang, tetapi berhenti hanya sampai di kepulauan Okinawa. Tidak berhasil masuknya rombongan ke Jepang, karena di Jepang saat itu sudah mengembangkan ilmu bela diri Jujitsu, yudo, kendo dan ilmu pedang (kenjutsu). Namun sejarah mencatat bahwa pasda tahun 1600-an, Kerajaan Jepang telah menguasai Okinawa. Kerajaan Jepang telah memerintah Okinawa dengan tangan besi, penduduk dilarang memiliki senjata tajam, bahkan orang tua dilarang memakai tongkat. Diam-diam bangsa yang terjajah ini mempelajari ilmu bela diri dengan tangan kosong yang waktu dikenal dengan nama TOTE. Dari satu teknik ke teknik lainnya, ilmu bela diri diperdalam dan para pendeta ikut mendorong berkembangnya ilmu bela diri TOTE ini. Kemudian pada tahun 1921 seorang penduduk Okinawa bernama Funakoshi Gitchin memperkenalkan ilmu bela diri dari TOTE ini di Jepang, dan namanya pun berubah menjadi karatre, sesuai dengan aksen Jepang dalam cara membaca huruf kanji. Sejak saat itu karate berkembang dengan pesat di Jepang.

KARATE DI INDONESIA
Karate masuk di Indonesia bukan dibawa oleh tentara Jepang melainkan oleh Mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kembakli ke tanah air, setelah menyelesaikan pendidikannya di Jepang. Tahun 1963 beberapa Mahasiswa Indonesia antara lain: Baud AD Adikusumo, Muchtar dan Karyanto mendirikan Dojo di Jakarta. Mereka inilah yang mula-mula memperkenalkan karate (aliran Shoto-kan) di Indonesia, dan selanjutnya mereka membentuk wadah yang mereka namakan PORKI. Beberapa tahun kemudian berdatangan ex Mahasiswa Indonesia dari Jepang seperti Setyo Haryono (pendiri Gojukai), Anton Lesiangi, Sabeth Muchsin dan Chairul Taman yang turut mengembangkan karate di tanah air. Disamping ex Mahasiswa-mahasiswa tersebut di atas orang-orang Jepang yang datang ke Indonesia dalam rangka usaha telah pula ikut memberikan warna bagi perkembangan karate di Indonesia.

Mereka-mereka ini antara lain: Matsusaki (Kushinryu-1966), Ishi (Gojuryu-1969), Hayashi (Shitoryu-1971) dan Oyama (Kyokushinkai-1967). Karate ternyata memperoleh banyak penggemar, yang implementasinya terlihat muncul dari berbagai macam organisasi (Pengurus) karate, dengan berbagai aliran seperti yang dianut oleh masing-masing pendiri perguruan. Banyaknya perguruan karate dengan berbagai aliran menyebabkan terjadinya ketidak cocokan diantara para tokoh tersebut, sehingga menimbulkan perpecahan di dalam tubuh PORKI. Namun akhirnya dengan adanya kesepakatan dari para tokoh-tokoh karate untuk kembali bersatu dalam upaya mengembangkan karate di tanah air sehingga pada tahun 1972 terbentuklah satu wadah organisasi karate yang diberi nama FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia). Adapun mereka yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal PB. FORKI sejak tahun 1972 sampai dengan saat ini adalah: 1972-1977: Ketua Umum: Widjojo Sujono, Sekretaris Jenderal: Otoman Nuh 1977-1980: Ketua Umum: Sumadi, Sekretaris Jenderal: Rustam Ibrahim 1980-1984: Ketua Umum: Subhan Djajaatmadja, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 1984-1988: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: Adam Saleh 1988-1992: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 1992-1996: Ketua Umum: Rudini, Sekretaris Jenderal: G.A. Pesik 1997-2001: Ketua Umum: Wiranto, Sekretaris Umum: Hendardji-S 2001-2005: Ketua Umum: Luhut B. Panjaitan, Sekretaris Umum: Hendardji-S

PERGURUAN KARATE ANGGOTA FORKI

1. AMURA 2. BKC (Bandung Karate Club) 3. BLACK PANTHER 4. FUNAKOSHI 5. GABDIKA SHITORYU (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu) 6. GOJUKAI 7. GOJU RYU ASS 8. GOKASI (Goju Ryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia) 9. INKADO (Indonesia Karate-Do) 10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia) 11. KALA HITAM 12. KANDAGA PRANA 13. KEI SHIN KAN 14. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia) 15. KKI (Kushin Ryu Karate-Do Indonesia) 16. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia) 17. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia) 18. MKC (Medan Karate Club) 19. PERKAINDO 20. PORBIKAWA 21. PORDIBYA 22. SHINDOKA 23. SHI ROI TE 24. TAKO INDONESIA 25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia). source : FORKI

Read more...

Sekilas Info

Semoga dengan blog ini dapat menambah pengetahuan anda semua

Read more...

Followers

About Me

Saya adalah orang yang sangat sederhana dan dapat dijadikan sebagai teman untuk berkonsultasi.

Text

  ©Template by Dicas Blogger.